POLITIK —- Kapitalisme terus menerus mendorong kaum lemah hingga sampai pada tempat pembuangan sampah yang berbau busuk. Sementara perlawanan kaum proletar bermetamorfosa menjadi pasukan pendukung kaum elit, hanya untuk sekedar dapat sejenak menghirup udara keleluasaan demi memperpanjang nafas perjuangannya.
Kemiskinan ekstrim benar-benar telah terjadi di negeri subur yang konon tiada lautan melainkan kolam susu, dan tongkat ditancap ke tanah menjadi tanaman. Gedung-gedung megah berdiri kokoh menantang langit, namun kaum proletar hanya bagaikan deretan semut yang hanya untuk rehat sejenak di tempat duduk teras bawah gedungpun tak bisa dilakukannya.
Kaum terdidik berpesta dalam kehampaan jiwanya, dan tertidur di tengah suara lirih nuraninya yang memperdengarkan nyanyian penghianatan intelektual. Agama telah mati dan terbujur kaku diselimuti kain kafan krisis keimanan manusia modern. Kemudian hantu kemunafikan bergentayangan di mimbar-mimbar pengkhutbah kebencian yang menjarah nama Tuhan.