Beranda UNILA Lima Mahasiswi FISIP Raih Medali Perunggu DIIID UiTM Malaysia

Lima Mahasiswi FISIP Raih Medali Perunggu DIIID UiTM Malaysia

(Unila): Kompetisi bukan sekadar ajang untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan diri, tapi juga batu loncatan dalam memperluas berbagai sudut pandang, terutama di bidang penelitian dan komunikasi. Melalui kompetisi, sebuah tim dapat mendorong diri dan orang lain untuk terus mengejar berbagai peluang.

Seperti cerita pengalaman lima mahasiswi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung (Unila). Mereka, Annisa Marcelia Putri, Gisella Aura Putri, Muthia Putri Maharani Karim, Salma Safinatunnajah dan Syifa Rahmadinny.

Para mahasiswi angkatan 2022 ini berhasil meraih medali perunggu (bronze medal) pada ajang 6th Digitalised International Invention, Innovation, and Design Competition (DIIID) yang dilaksanakan secara online pada 1 Februari hingga 29 Agustus 2024.

Kompetisi inovasi pendidikan ini diselenggarakan Universiti Teknologi Mara (UiTM), Cawangan Johor, Malaysia, bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila dengan tema “Innovative for Sustainability: Shaping a Brighter Future”.

Proyek esai inovasi ilmu sosial (social science) yang mereka buat yakni “Empower Youth Community and Local Culture through the Pentahelix Model at Krui”. Proyek ini merupakan salah satu esai inovatif dengan mengembangkan objek wisata di Provinsi Lampung, terutama wilayah Krui yang cukup terkenal dengan keindahan pantainya hingga ke mancanegara.

Muthia Putri Maharani Karim, selaku ketua kelompok mengulas bagaimana proses perlombaan mereka ikuti hingga tujuan dan keterkaitan dengan rencana karier yang akan diambil.

“Kebetulan kami mendapatkan informasi ini dari dosen bimbingan kami melalui grup chat, sekaligus mendapatkan rekomendasi dari beliau. Tujuan lomba ini juga tentunya berkaitan dengan rencana karier kami tentang pemberdayaan, komunikasi, media digital. Harapannya bisa meningkatkan kompetensi kami di tingkat internasional,” ungkap Muthia, Kamis 29 Agustus 2024.

Proses seleksi proposal di awal perlombaan cukup ketat. Dimulai dari penentuan tema yang berkaitan dengan aspek komunikasi, ilmu sosial dan pemberdayaan, serta aspek media digital. Dilanjutkan proses pengiriman karya yang sudah diatur penyelenggara.

Annisa Marcelia Putri yang kerap disapa Icel juga menceritakan alasannya mengikuti perlombaan ini. Penggunaan topik ini sekaligus sebagai bentuk pengabdian dan kepedulian terhadap isu-isu kampung halamannya di daerah Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.

“Lomba ini juga sebagai bentuk kepedulian terhadap kampung halaman, dan pastinya juga sebagai sarana mengejar peluang pada lomba berskala internasional yang bisa memperluas kesempatanku ke depannya,” ujar Icel.

Gisel juga ikut menceritakan terkait ide unik dan berbeda yang terlintas di pikiran mereka berlima. Menurut Gisel, masih ada beberapa titik pantai di Krui yang belum dikenal secara luas, namun memiliki potensi besar untuk dikunjungi. Bahkan, kehadiran esai inovasi ini juga dapat membantu mengembangkan potensi wisata lainnya di Lampung.

Selain itu, topik esai yang dibahas secara tidak langsung dapat memberdayakan masyarakat melalui program volunteer (relawan) melalui edukasi anak-anak dan para pemuda di daerah akan pentingnya memanfaatkan potensi wisata lewat media sosial.

Lain halnya dengan Syifa. Sebagai supervisor dalam tim ini, ia mengalami kesulitan dan sempat tertinggal saat mengerjakan proposal. Menurutnya, pengerjaan proposal dalam bahasa Inggris membutuhkan waktu yang tidak singkat dan harus beradaptasi dengan topik yang diangkat. Namun berkat bantuan dan dukungan yang saling menguatkan, ia tetap bisa berkontribusi dalam ajang ini.

Salma juga turut senang bisa ikut bergabung bersama teman-teman yang suportif, saling berbagi informasi terkait pengisian proposal, serta mengatasi kendala. Hal tersebut secara tidak langsung menjadi inspirasi dan motivasi bagi Salma dan teman-temannya agar tetap fokus menyelesaikan proposal perlombaan.

Mereka pun tidak menyangka bisa menjadi pemenang pada ajang internasional ini. Bahkan, tak ada satupun dari mereka yang mendapatkan informasi melalui email. Untungnya, pihak FEB Unila memberikan surat edaran terkait informasi pemenang lomba DIIID UiTM tahun 2024.

Mereka berharap, esai ini bisa berdampak positif sekaligus memperkenalkan potensi wisata Lampung di kancah internasional. “Kami tahu apa yang dituju pada perlombaan ini. Pengalaman ini sangat kami butuhkan dalam dunia akademik. Perlombaan ini juga sekaligus menjadi parameter kami sebagai mahasiswa dalam mengukur kemampuan yang sudah kami pelajari di kampus, melalui paper dan proyek perlombaan,” ungkap Muthia.

Bagi Muthia dan teman-teman, perlombaan bukan sebatas mengejar tujuan sebagai pemenang. Melalui perlombaan, seluruh anggota tim dapat berpikir menyelesaikan apa yang sudah dimulai. “Jika semua kelebihan orang lain justru menjadi tolak ukur untuk diri kita, maka ide-ide dan visi kita tidak akan dilihat oleh dunia itu sendiri,” ujarnya.